15 Februari 2013

Hari Valentine Adalah Harinya Pria Jepang

Hari Valentine kemarin adalah hari yang luar biasa... untuk menjadi laki-laki Jepang. Para wanita umumnya sibuk keluar-masuk toko pada tanggal 14 Februari untuk membeli cokelat Valentine yang akan diberikan ke semua pria dalam hidup mereka; mulai dari kekasih, keluarga, mitra kerja, teman-teman sekolah dan, yang paling penting, boss di kantor. Sementara itu para pria bisa duduk dengan tenang, menunggu pemberian cokelat mereka datang ke pangkuan. Dan mereka tidak perlu membalas dengan hadiah apa-apa (bulan depan baru gantian).

Hari Valentine Adalah Harinya Pria Jepang

Cokelat sudah tersedia di Jepang setidaknya sejak tahun 1797, ketika diberikan kepada geisha oleh para pedagang Belanda; satu-satunya orang Eropa yang diperbolehkan menginjakkan kakinya di negara matahari terbit waktu itu. Sekarang, bisnis cokelat Jepang yang bernilai lebih dari Rp. 100.000.000.000.000,- (100 Triliun) didorong oleh hari-hari spesial dimana industri periklanan gencar mempromosikan produk cokelat di semua media. Yang mengejutkan, hampir setengah dari 100 Triliun itu dihasilkan pada bulan Februari. Wow.

"Saya akan membeli beberapa untuk rekan-rekan saya, tapi kita semua sepakat untuk tidak membeli coklat mewah. Saya bisa kehabisan uang nantinya," kata Fumiko, seorang pembelanja yang tidak mau menyebut nama keluarganya. "Kita semua membeli coklat biasa." Meski begitu, wanita berusia 40 tahun itu telah menghabiskan kurang lebih 10.000 yen (Rp. 1 Juta) di Takashimaya, sebuah department store kelas atas di distrik Ginza.

Tidak semua pria diperlakukan sama tentunya. Ada satu jenis cokelat yang khusus diberikan kepada suami atau kekasih, namanya cokelat "honmei" atau cokelat cinta sejati. Cokelat yang lebih murah adalah cokelat "giri" atau cokelat kewajiban yang diberikan ke rekan kerja dan teman-teman. Tapi dasar para penjual cokelat yang ingin menggali kantong serta dompet para konsumen lebih dalam lagi, mereka kemudian menciptakan jenis cokelat yang baru, yaitu cokelat "tomo" atau cokelat persahabatan yang khusus diberikan ke teman-teman sesama wanita.

Cokelat Honmei Cinta Sejati

Hari Valentine muncul di Jepang sebagai acara khusus di akhir 1950-an ketika ekonomi sedang kembali bergairah setelah bertahun-tahun hancur akibat Perang Dunia II. Mary Chocolate adalah perusahaan yang pertama kali memulai kampanye iklan tanggal 14 Februari sebagai 'satu-satunya hari dalam setahun dimana seorang wanita mengakui cintanya melalui cokelat.' Sekarang Jepang merupakan pasar cokelat terbesar di Asia.

Para Single Di Jepang Tidak Tertarik Untuk Kencan

Dai Nakajima tidak keberatan untuk mempunyai pacar. Pada usianya yang ke 28, dia mulai merasakan tekanan untuk memiliki keluarga sendiri. Dengan penuh keberanian, ia mendekati gadis-gadis di kota Tokyo dan bertanya apakah mereka ingin ikut ke acara "gokon" yang diselenggarakannya setiap minggu. Nakajima mengaku bahwa tingkat keberhasilannya hanya sekitar 10%, tetapi itu sudah cukup untuk membuatnya tetap semangat. "Aku sudah mencari selama empat tahun," katanya. "Tapi jujur ​​saja, saya menikmati hidup saya sebagai seorang bujangan."

Para Single Di Jepang Tidak Tertarik Kencan

Nakajima memang masih single, tapi dia tidak merasa kesepian sama sekali. 'Tidak ada kencan,' 'single' dan 'tidak ingin menikah' adalah jawaban-jawaban mayoritas dalam survei skala nasional yang disponsori pemerintah Jepang atas para pria dan wanita usia 18 sampai 34 tahun. Sebanyak 61,4% dari pria yang belum menikah mengatakan bahwa mereka tidak punya pacar, naik 9,2 poin sejak survei nasional sebelumnya pada tahun 2005. Sedangkan wanita yang belum menikah dan tidak mempunyai pacar mencapai angka 49,5%. Angka-angka ini merupakan rekor baru yang meresahkan banyak pihak.

Sebanyak 40% dari para responden mengatakan bahwa mereka tidak ingin menikah dan 45% dari pria single mengatakan bahwa mereka tidak berminat berpacaran dengan lawan jenis sama sekali (nah loh!). Hasil survey ini telah memicu kekhawatiran bahwa tingkat kelahiran di Jepang akan terus menurun tajam dari tahun ke tahun.

Mengapa bisa begini? Apa yang sebenarnya terjadi dengan orang-orang Jepang? Penyebab tren atau fenomena 'kesendirian' ini masih belum sepenuhnya jelas sampai sekarang. Namun, bukti yang bersifat anekdot menunjukkan pergeseran norma-norma gender dan realitas ekonomi telah memainkan perannya. Seiring dengan label seperti otaku (kutu buku) dan hikikomori (tidak bersosialisasi), pria muda Jepang juga sering di ejek sebagai "pria herbivora" yang menghindari perburuan pasangan kencan. Bersamaan di sisi lain, para wanita Jepang sudah mulai aktif memasuki dunia kerja, mendapatkan upah dan menikmati kemandirian finansial tanpa suami.