13 Desember 2012

Apa Yang Membuat Orang Jepang Merasa Dirinya Asli Jepang?

Tak peduli negara mana yang menjadi rumahmu, akan selalu ada momen-momen disaat kamu merasa seperti penduduk asli disana. Bagaimana dengan Jepang? Apa yang membuat para warga di Jepang merasa mereka sejati orang Jepang? Navi News melakukan survei terhadap 1000 penduduk di negeri sakura dan membuat mereka menceritakan mengenai momen disaat mereka merasa seperti orang Jepang yang sesungguhnya. Berikut hasilnya.

Apa Yang Membuat Penduduk Jepang Merasa Dirinya Asli Jepang?

Saat perjalanan:

- Saya tidak bisa tidur di kasur-kasur hotel, tetapi saya bisa dengan cepat terlelap diatas tatami dan futon. (Laki-laki, 31)
- Saat saya singgah di hotel, saya sering mengonsumsi nasi dan sup miso untuk sarapan. (Perempuan, 29)
- Saat saya menggunakan onsen. (Laki-laki, 28)
- Saat saya menunggu di sebuah antrian tanpa mengeluh. (Perempuan, 31)

Saat makan:

- Saat saya mengonsumsi Tamago-kake-gohan (nasi dengan telur mentah diatasnya) (Laki-laki, 53)
- Saat saya menaruh natto diatas nasi. (Perempuan, 24)
- Saat saya menikmati suasana dengan semangkuk Chazuke (nasi dengan teh hijau dituang diatasnya.(Laki-laki, 45)
- Saat saya meminum sake panas Jepang. (Laki-laki, 24)

Saat pada sebuah acara:

- Saat saya menikmati momen bermekarannya bunga cherry bersama orang-orang. (Perempuan, 23)
- Saat saya memakan mochi di hari tahun baru. (Perempuan, 24)
- Saat saya gembira mengetahui bahwa Jepang memenangkan medali pada kejuaraan Olympics, atau saat ada pemenang Nobel Prize dari Jepang. (Perempuan, 30)

Kehidupan sehari-hari:

- Saat saya kesal ketika keretanya tidak tiba tepat waktu. (Perempuan, 27)
- Saat saya masuk kedalam bak mandi dan mendesah, "Ah." (Laki-laki, 53)
- Saat saya meminum air langsung dari kerannya. (Perempuan, 39)
- Saat saya membeli pasta dari toko dan kasirnya bertanya, "Apa kau ingin menggunakan garpu atau sumpit?" saya selalu menjawab, "Sumpit." (Perempuan, 31)
- Saat saya marah ketika toiletnya tidak mempunyai fungsi bidet. (Perempuan, 23)

Saat komunikasi:

- Disaat saya sedang menghadapi situasi yang rumit, saya tidak pernah lepas kendali dan tetap menyimpan perasaan saya sendiri. (Perempuan, 24)
- Saat saya kesal dengan orang-orang yang tidak bisa membaca situasi. (Perempuan, 30)
- Saat saya mengucapkan kata-kata seperti "Yoroshiku onegai shimasu," "Otsukare sama," dan "Okagesamade." (Perempuan, 23)
- Saat saya membungkuk ketika menggunakan telepon. (Laki-laki, 25)

Lain-lain:

- Saat saya berpikir anjing jenis Shiba Inu adalah yang paling lucu. (Perempuan, 35)

Bagaimana denganmu? Apa yang membuatmu merasa seperti penduduk/warga yang asli lahir di Indonesia?

Wahai Orangtua, Jangan Namai Anakmu "Pikachu"

Selama beberapa abad, para orangtua di Jepang senang memberi anak mereka nama-nama Jepang yang biasa. Tentu, belakangan ini banyak tren baru yang bermunculan, tetapi yang paling membingungkan justru tren dalam memberikan anak-anak mereka nama yang aneh. Tren ini sangat mungkin menimbulkan kekhawatiran akan adanya intimidasi dari lingkungan sekitar anak-anak di kemudian hari, seperti "bullying" di sekolah misalnya.

Nama orang Jepang jelas berbeda dari nama orang Indonesia. Menurut tradisi, nama depan dipilih berdasarkan jumlah goresan pada nama belakang, dan didasarkan pada arti dari huruf kanji yang digunakan di nama depan. Sebagian kanji lebih disukai karena arti dibalik kanji tersebut.

Anak perempuan biasanya diberikan nama yang lebih sederhana karena nama belakang mereka akan berganti setelah mereka menikah, dan para orangtua khawatir jika mereka memberikan nama yang rumit dengan banyak jumlah goresan, maka nama itu tidak akan sesuai atau enak didengar bila dipadukan dengan nama belakang mereka yang baru.

Sekarang, banyak orangtua muda memilihkan nama yang "gemerlap" bagi anaknya, seperti "kirakira neemu", atau キラキラネーム. Nama seperti ini hanya didasarkan dari enak-tidaknya nama ini terdengar saat diucapkan, dan huruf-huruf kanjinya tidak mempunyai arti yang begitu bermakna. Bahkan terkadang, orang-orang memberi anak mereka nama-nama dari manga, anime atau video game, contohnya... Pikachu.

Wahai Para Orangtua Baru, Tolong Jangan Namai Anakmu

Di koran Jepang, ada kolom-kolom yang didalamnya mendiskusikan mengenai kasus penyiksaan atau "bullying" terhadap anak-anak yang memiliki nama tidak biasa. Namun satu daya tarik dari nama-nama unik ini adalah justru mereka yang memilikinya bisa menjadi lebih menonjol di lingkungan sekitar. Para orangtua tidak ingin anak mereka memiliki nama depan yang sama seperti anak-anak lain. Banyak nama belakang yang memang sudah umum di Jepang, jadi keinginan untuk menjadi berbeda itu bisa dimengerti.

Untuk pemilihan umum selanjutnya di Jepang, partai demokrat-liberal disana juga menganggap ini sebagai sebuah kasus politik, dan mereka berpendapat para orangtua harus dididik lebih baik mengenai hal ini. "Anak bukanlah hewan peliharaan," ujar mantan perdana menteri Jepang, Shinzo Abe. "Para orangtua ini jelas memerlukan bimbingan."

Salah satu dari nama-nama gemerlap yang dijadikan sebagai contoh adalah "Pikachu", dimana kanji yang terlibat adalah kanji 光宙, yang secara harfiah berarti "cahaya" dan "luar angkasa". Oke, nama Pikachu memang bagus, tapi tetap saja terdengar seperti nama hewan.

Selama beberapa dekade mengikuti perang di Jepang, nama anak-anak perempuan umumnya diberi kanji "ko" (子), sehingga menghasilkan banyak sekali wanita yang bernama seperti "Yoko", "Kyoko", atau "Yuko". Salah satu alasan mengapa "ko" sering sekali digunakan pada saat itu adalah karena Permaisuri Michiko. Dia adalah gadis pertama dari kalangan orang biasa yang menjadi anggota dari keluarga imperial Jepang melalui jalur pernikahan. Sekarang, "ko" sudah menjadi nama yang kuno bagi sebagian kalangan. Setelah demam "ko", kini semakin banyak perempuan yang memiliki nama dengan kanji "mi" (美), yang berarti "cantik".

Tren nama-nama gemerlap ini sebenarnya mirip dengan kebiasaan orang barat yang menamai anak mereka berdasarkan enak-tidaknya nama itu terdengar. Tentu, sebagian orang memberikan anak mereka nama keluarga mereka atau mengecek dulu arti dari nama yang akan mereka berikan, tetapi banyak yang tidak menghiraukannya. Orang-orang harusnya memilihkan nama yang bagus sehingga anak-anak mereka bangga akan nama tersebut.

Maka dari itulah, wahai para orangtua - baik di Jepang maupun di belahan dunia lain - tolong jangan namai anakmu yang aneh-aneh. Unik boleh, tapi jangan Pikachu. Jangan.

Ada Yang Salah Di Toko Ini...

Ada Yang Salah Di Toko Ini...