21 Maret 2011

Orang Jepang luar biasa

Kita mungkin terus-terusan melihat berita di TV dan membaca artikel di koran mengenai bencana mengerikan di Jepang dalam satu minggu terakhir ini, tapi ada satu hal kecil yang tidak kita lihat...

Pencurian dan penjarahan.

Seperti masyarakat manapun di dunia ini, Jepang tidak lepas dari skandal suap dan korupsi. Tapi yang namanya penjarahan, bisa dibilang sangat jarang terjadi. Di Jepang, kalo kamu parkir mobil dengan jendela terbuka, tidak masalah. Tidak akan ada yang mau mencuri barang-barang kamu di dalam mobil. Kalo kamu parkir motor dan meninggalkan kuncinya, tidak masalah. Tidak akan ada yang mau mencuri motor kamu.

Terlebih di saat seperti ini, dimana puluhan ribu orang sedang mengalami masa suram kehilangan keluarga tercinta dan harta benda mereka, sangat jarang terjadi pencurian dan penjarahan.

Aku bukannya bilang tidak ada, hanya saja sangat jarang orang-orang disana berniat jahat untuk memanfaatkan penderitaan dan kelengahan orang lain. Ya, itulah orang Jepang. Rasa solidaritas mereka sangat tinggi.

orang jepang

Hari ini situs Jepang.net telah menyumbangkan uang, yang jumlahnya tidak seberapa, langsung kepada organisasi Palang Merah Jepang melalui Google. Aku memilih Palang Merah Jepang karena...

1. Lokasinya ada di Jepang, jadi sumbangan langsung tepat ke sasaran.

2. Palang Merah Indonesia tidak menyediakan rekening khusus untuk menerima sumbangan yang akan dikirim kepada korban bencana Jepang.

3. Palang Merah Jepang juga sudah membantu korban gempa bumi dan gunung meletus di Indonesia.

Seharusnya aku melakukan ini dari minggu lalu, tapi karena bingung mau sumbang kemana, akhirnya baru terlaksana hari ini. Tidak ada kata terlambat dalam hal menyumbang kan? (^_^)

Bagi kamu yang mau yang ikut menyumbang, kamu bisa pakai kartu kredit kamu disini, atau transfer uang ke:

Bank: Sumitomo Mitsui Banking Corporation
Cabang: Ginza
Nomor rekening: 8047670
SWIFT Code: SMBC JP JT
Atas Nama: The Japanese Red Cross Society

Palang Merah Jepang
Japanese Red Cross Society
Phone: +81-3-3438-1311
Fax: +81-3-3435-8509
Email: kokusai@jrc.or.jp
Website: www.jrc.or.jp

1-1-3, Shiba Daimon,
Minato-ku, Tokyo 105-8521

Ratu Inggris, Lady Gaga, Sandra Bullock, Linkin Park

Dunia benar-benar bersimpati.

Juru bicara Istana Buckingham mengatakan bahwa Ratu Elizabeth II telah memberikan sumbangan pribadi untuk membantu korban gempa bumi mematikan di Jepang dan Selandia Baru. Juru bicara itu tidak mengungkapkan berapa jumlah sumbangannya.

Cucu sang Ratu, Pangeran William, yang ada di garis kedua tahta kerajaan, saat ini berada di Christchurch untuk menghormati 182 orang yang diperkirakan meninggal dalam gempa bumi berkekuatan 6,3 SR pada tanggal 22 Februari lalu. Dia juga mengungkapkan rasa belasungkawa-nya untuk horor yang sekarang melanda Jepang.

Pangeran William dan Kate Middleton

Sementara itu, pemerintah Jepang mengatakan tidak ada wakil kerajaan yang bisa menghadiri pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton bulan depan, mengingat kondisi negaranya saat ini.

Juru bicara Badan Rumah Tangga Kekaisaran mengatakan Putra Mahkota Naruhito dan Putri Masako awalnya direncanakan untuk menghadiri pernikahan sang pangeran Inggris pada tanggal 29 April. Tetapi mereka telah memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana setelah terjadinya gempa bumi dan tsunami.

Mereka merasa malu jika mereka pergi bersenang-senang saat rakyat mereka sedang sengsara.

Sandra Bullock

Lalu berita dari Amerika Serikat...

Aktris Hollywood Sandra Bullock dilaporkan telah menyumbang $1 juta ke Palang Merah Amerika untuk membantu Jepang. Rock Band Linkin Park juga mulai menjual kaus yang dirancang oleh salah satu anggota band, Mike "Kenji" Shinoda, yang ayahnya adalah keturunan Jepang-Amerika, untuk mengumpulkan uang bagi korban bencana di Jepang.

Selebriti lain yang ikut menyumbang termasuk Lady Gaga yang telah menggalang dana sebesar $250.000 dalam 48 jam dengan menjual gelang dengan pesan "We Pray for Japan" senilai $5 melalui toko online miliknya.

Warga Tokyo Beraktifitas Seperti Biasa

Bangun pagi, mandi, dan pergi ke kantor.

Begitulah kehidupan sebagian besar warga Tokyo yang dengan tenang pergi ke tempat kerja mereka seperti biasa.

Meskipun banyak sekali orang asing (turis mancanegara dan tenaga kerja asing) yang meninggalkan ibukota negara Jepang itu karena takut, warga Tokyo sendiri beraktifitas seperti biasa. Tidak ada kepanikan yang berlebihan.

stasiun tokyo
Stasiun Kereta Tokyo, gerbang utama menuju kota-kota lainnya di Jepang, relatif kosong dan tidak ada antrian berarti di konter tiket untuk naik shinkansen atau kereta api yang lainnya.

"Saya hanya butuh waktu kurang dari 1 menit untuk membeli tiket dan dalam 10 menit saya sudah berada di dalam shinkansen menuju Osaka," kata Marc Bernabe, seorang warga Spanyol yang berniat untuk menghadiri International Anime Fair (acara akbar yang terpaksa dibatalkan tahun ini).

"Situasi sepi seperti ini memang tidak normal, tapi tampaknya bisnis di Tokyo berjalan normal." kata Marc, yang telah berada di kota itu selama tiga bulan untuk bekerja. Saat ini dia pindah ke Osaka atas permintaan keluarganya, yang telah menelepon tanpa henti dari Spanyol, menangis dan memohon dia untuk meninggalkan Tokyo.

Komentar Marc ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dikabarkan oleh saluran TV dan koran-koran di berbagai belahan dunia, bahwa radiasi dapat mencapai Tokyo dan membahayakan warganya. Marc berkata berita-berita TV di Spanyol selalu menggembar-gemborkan kejadian Chernobyl yang bisa terjadi di Jepang.

Padahal, perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berkata bahwa penyebaran radiasi dari reaktor nuklir yang meledak di Jepang tidak menimbulkan dampak resiko langsung terhadap kesehatan manusia. Jadi, warga seharusnya tidak perlu panik.

reaktor jepang

"Aku sudah melihat banyak orang asing pergi, tapi untuk orang Jepang, kami tetap tinggal. Ini adalah negara kami. Ini adalah rumah kami," kata Koichi Takeuchi, seorang sopir taksi di Tokyo. "Tentu kami prihatian dan tetap waspada, tapi untuk sebagian besar orang, hari ini adalah hari kerja seperti hari-hari lainnya. Orang-orang Jepang memang tidak bisa berhenti bekerja."

Banyak toko-toko di Tokyo yang kehabisan stok barang, seperti mie instan dan susu. Tapi itu disebabkan karena para pembeli yang memborong semua persediaan untuk keluarga mereka jika mereka harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama, bukan karena Tokyo kekurangan bahan pangan.